Monday, November 14, 2011

Hasil Diagnosa Masalah Ovulasi

Pada wanita, penyebab umum pada kemandulan adalah masalah ovulasi-dimana, ovarium tidak dapat melepaskan sel telur setiap bulan. Masalah ovulasi terjadi ketika salah satu bagian pada sistem yang mengendalikan fungsi reproduksi yang tidak berfungsi. Sistem ini termasuk hypothalamus (daerah pada otak), kelenjar pituitary, kelenjar adrenalin, kelenjar tiroid, dan organ kelamin. Misalnya, ovarium tidak bisa menghasilkan cukup progesterone, hormon pria yang menyebabkan lapisan rahim menebal untuk mempersiapkan janin yang berpotensi. Ovulasi bisa tidak terjadi karena hypothalamus tidak mengeluarkan gonadotropin - pelepasan hormon, yang merangsang kelenjar pituitary untuk menghasilkan hormon yang bisa memicu ovulasi (hormon luteinizing dan hormon perangsang-folikel). Prolactin dengan kadar tinggi (hyperprolactinemia), yang hampir selalu bersifat bukan kanker. Masalah ovulasi kemungkinan berhubungan dengan polycystic ovary syndrome, gangguan kelenjar tiroid, gangguan kelenjar adrenalin, olahraga berlebihan, diabetes, kehilangan berat badan, atau stress psikologi. Kadangkala penyebabnya adalah menopause dini- ketika suplai sel telur telah lebih dulu habis.

Ovulasi seringkali menjadi masalah pada wanita yang memiliki periode haid yang tidak teratur atau tidak memiliki periode (amenorrhea). Hal ini kadangkala menjadi masalah wanita yang memiliki periode menstruasi yang teratur tetapi tidak memiliki gejala premenstruasi, seperti payudara yang lembut sekali, bagian perut bawah yang bengkak, dan perubahan mood.

DIAGNOSA

Untuk memastikan jika atau ketika ovulasi terjadi, dokter bisa meminta seorang wanita untuk mengukur suhu ketika tidur (suhu badan basal) setiap hari. Biasanya, waktu yang paling tepat adalah segera setelah bangun. Titik rendah suhu tubuh basal memperkirakan bahwa ovulasi kira-kira terjadi. Kenaikan lebih dari 0.9 º F (0.5 ºC) pada suhu biasanya mengindikasikan bahwa ovulasi telah terjadi. Meskipun begitu, suhu tubuh basal tidak jelas atau tepat terindikasi ketika ovulasi terjadi. Yang paling baik, memprediksi ovulasi hanya dalam waktu 2 hari. Cara yang paling tepat termasuk alat prediksi ultrasonografi (yang mendeteksi peningkatan hormon luteinizing di dalam urin 24 sampai 36 jam sebelum ovulasi). Alat ini digunakan di rumah untuk menguji urin dalam beberapa hari berturut-turut. Juga, kadar progesterone di dalam darah atau kelenjar ludah atau kadar hasil sampingan salah satunya di dalam urin kemungkinan diukur. Tanda peningkatan dalam tingkat ini mengindikasi bahwa ovulasi telah terjadi.

Untuk memastikan apakah ovulasi terjadi secara normal, dokter bisa melakukan biopsi endometrial. Contoh kecil jaringan diambil dari lapisan rahim 10 sampai 12 hari setelah ovulasi dianggap telah terjadi. Contoh tersebut diteliti di bawah mikroskop. Jika perubahan yang terjadi secara normal setelah ovulasi terlihat, ovulasi terjadi secara normal. Jika perubahan normal tampak tertunda, masalahnya kemungkinan produksi yang tidak mencukupi atau ketidakaktifan pada progesterone.

PENGOBATAN

Obat untuk memicu ovulasi kemungkinan digunakan. Obat utama dipilih berdasarkan masalah yang spesifik. Jika ovulasi tidak terjadi dalam jangka waktu lama, clomiphene dengan medroxyprogesteron biasanya diberikan. Pertama, wanita tersebut menggunakan medroxyprogesteron, biasanya diminum, untuk memicu periode menstruasi. Kemudian dia minum clomiphene. Biasanya, dia berovulasi 5 sampai 10 hari setelah clomiphene dihentikan dan memiliki periode 14 sampai 16 hari setelah ovulasi. Clomiphene tidak efektif untuk semua penyebab pada masalah ovulasi. Hal ini lebih efektif ketika penyebabnya adalah polycystic ovary syndrome.

Jika seorang wanita tidak memiliki periode setelah pengobatan dengan clomiphene, dia menggunakan tes kehamilan. Jika dia tidak hamil, siklus pengobatan diulang. Dosis tinggi pada clomiphene digunakan dalam setiap siklus sampai ovulasi terjadi atau dosis maksimum tercapai. Ketika dosis yang memicu ovulasi dipastikan, wanita tersebut menggunakan dosis tersebut untuk setidaknya 3 sampai 4 lebih siklus pengobatan. Kebanyakan wanita menjadi hamil melakukan dengan siklus keempat dimana ovulasi terjadi. Sekitar 75 sampai 80 % wanita diobati dengan clomiphene ovulate, tetapi hanya sekitar 40 sampai 50% menjadi hamil. Sekitar 5% pada kehamilan wanita diobati dengan clomiphene melnghasilkan lebih dari satu janin, terutama kembar dua.

Efek samping pada clomiphene termasuk panas di wajah, perut kembung, payudara yang lembut, mual, penglihatan bermasalah, dan sakit kepala. Sekitar 5% wanita diobati dengan clomiphene mengalami ovarian hyperstimulation syndrome. Dalam sindrom ini, ovarium sangat membesar dan cairan dalam jumlah besar memindahkan aliran darah ke dalam perut. Sindrom imi kemungkinan mengancam nyawa. Untuk mencoba mencegah hal itu, dokter meresepkan dosis yang efektif sangat rendah pada clomiphene, dan jika ovarium melebar, mereka menghentikan obat tersebut.

Jika seorang wanita tidak ovulasi atau menjadi hamil selama pengobatan dengan clomiphene, terapi hormon dengan gonadotropin manusia, disuntikkan ke dalam otot atau di bawah kulit, bisa dicoba. Human gonadotropin merangsang folikel pada ovarium untuk matang. Folikel adalah rongga berisi cairan, yang mana setiapnya mengandung telur. Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar estrogen dan ultrasonografi bisa mendeteksi ketika folikel matang. Kemudian, wanita tersebut diberikan suntikan hormon yang berbeda,human chorionic gonadotropin, untuk memicu ovulasi. Ketika human gonadotropin digunakan secara tepat, lebih dari 95% wanita terobati pada ovulasi mereka, tetapi hanya 50 sampai 75% menjadi hamil. Sekitar 10 sampai 30% pada kehamilan wanita terobati dengan human gonadotropin meliputi lebih dari satu janin, terutama kembar dua.

Human gonadotropin bisa memiliki efek samping yang kuat, sehingga dokter memantau terus wanita terus selama pengobatan. Sekitar 10 sampai 20 % wanita diobati dengan human gonadotropin mengalami ovarian hyperstimulation syndrome (yang bisa terjadi dengan clomiphene), jika rangsangan berlebihan terjadi (jika ovarium jelas melebar atau jika kadar estrogen meningkat terlalu banyak), dokter tidak memberikan wanita tersebut human chorionic gonadotropin untuk memicu ovulasi. Selin itu Human gonadotropin juga mahal.

Jika hypothalamus tidak mengeluarkan hormon pelepasan-gonadotropin, versi sintetis pada hormon ini, disebut gonadorelin, kemungkinan sangat berguna sekali. Obat ini, seperti hormon alami, merangsang kelenjar pituitary untuk menghasilkan hormon yang memicu ovulasi. Resiko pada ovarian hyperstimulation rendah dengan pengobatan ini, sehingga pemantauan secara dekat tidak diperlukan.

ketika penyebab kemandulam adalah hormon prolactin tingkat tinggi, obat yang paling baik adalah salah satu yang beraksi seperti dopamine, disebut dopamine agonis, seperti bromocriptine atau cabergoline (dopamine adalah pengantar kimia yang umumnya menghalangi produksi prolactin).

Sumber : www.spesialis.info

No comments:

Post a Comment